Tua itu pasti, tetapi untuk menjadi dewasa itu adalah sebuah pilihan.
Mengapa? Apakah untuk berfikir menjadi lebih dewasa itu sulit?
Yap.. Disini saya ingin menceritakan sedikit cerita saya yang mudah2an dapat menginspirasi pembaca.
Tua itu pasti.. Ya, setiap manusia memang mengalami hal seperti ini.. Namun perlu kita sadari bahwa untuk menjadi dewasa tidak semua orang dapat mengalaminya..
Sikap dewasa ialah sikap dimana kita dapat memilih antara apa yang seharusnya kita lakukan, Dan apa yg seharusnya tidak kita lakukan. Bacalah sedikit cerita saya ini..
Tepat pada hari ini ialah hari kita untuk menjalankan ibadah puasa sebagai umat Muslim.
Pada hari ini juga, saya memiliki sebuah janji dengan teman saya untuk pergi ke ui-ipb, padahal hari ini bisa saya gunakan untuk beristirahat, Dan sebagai salah satu waktu untuk bersama kedua orang tua.
Sebelumnya saya terlalu memaksakan teman saya untuk ikut dengan saya pergi kesana, akhirnya kita sepakat membuat perjanjian bahwa tepat pada hari ini kami akan pergi kesana..
Namun sebelumnya, sempat terjadi sedikit perdebatan yang sangat merugikan diri saya pribadi.. Yaitu perdebatan dengan ibu saya.
Awalnya beliau tidak mengizinkan saya karena dengan alasannya bahwa ia ingin sekali saya untuk beristirahat, dan ada waktu untuk bersamanya..
Memang... Saya terlalu sibuk dengan segala urusan yang saya miliki, padahal saya hanya sebagai siswa sma, namun tidak bisa dipungkiri bahwa organisasi, dan kegiatan2 lain sudah bersatu dengan diri saya..
Yapp, tingkat partisipasi saya memang tinggi.. Saya tidak mau liburan ini adalah sebagai alasan untuk saya menganggur dirumah/bermalas2an dirumah.. Oleh karena itulah yang membuat saya harus lebih mendewasakan diri bahwa beristirahat itu juga perlu.
Ego menguasai diri saya, bahwa saya harus tetap pergi bersama teman saya dan akhirnya perdebatan itupun selesai dan dimenangkan oleh keegoisan pada diri saya.
Akhirnya ibu sayapun mengizinkan saya dengan syarat bahwa saya harus beristirahat esoknya dan syarat itupun saya terima..
Saya bersiap2 dan mulai berangkat ketempat untuk bertemu dengan teman saya tadi.. Pada saat saya sudah sampai ditempat tersebut, saya bertemu dengan kawan seperjuangan saya.. Yaitu teman teman berorganisasi saya yang pada saat itu ingin mencari dana dengan melakukan door to door, saya disertai segala kebingungan.. Saya berfikir keras dan mulai mendewasakan diri.. Ya, saya memutuskan untuk mengundur waktu pertemuan dengan teman saya untuk pergi dan saya ikut dengan kawan seperjuangan untuk mencari dana guna kegiatan pensi sekolah saya nanti..
Saya mengikuti untuk mencari dana hanya setengah perjalanan saja, karena sudah waktunya untuk saya menemui teman saya untuk segera pergi ke ui-ipb.
Ketika saya menunggu sekiranya 20 menit lamanya.. Ada seorang anak kecil yg memberikan surat kepada saya, dan setelah saya baca... Ternyata itu surat dari teman saya yang memberitahu kepada saya bahwa ia tidak jadi ikut pergi dengan saya karena ada berita dadakan yg memaksanya untuk menyelesaikan urusannya tersebut...
AHHH!!!! Saya kesal, benar benar kesal.. Emosi saya tidak terkendali, hampir saya memukul bohlam lampu yg ada dihadapan saya Dan menghancurkannya.. Tetapi saya langsung bergegas meninggalkan tempat tersebut Dan berlari menuju mushola terdekat, disana saya membasahi kepala saya Dan menenangkan pikiran saya untuk meredamkan emosi saya itu..
Saya merenung Dan berfikir..
"Saya sudah membantah keinginan IBU saya Dan memaksakan kehendak saya pribadi"
"Saya meninggalkan kawan seperjuangan saya untuk mencari dana"
Yaitu hanya untuk acara yang batal Dan tidak jadi seperti ini?!!!
Kesal.. Ya memang mengesalkan..
Tapi apa boleh buat, apalagi ini bulan puasa dimana saya harus menjaga emosi pada diri saya..
Baiklah.. Saya harus menebus kesalahan saya ini, dengan merasakan apa yg dirasakan kawan seperjuangan saya yg sedang susah mencari Dana diluar sana..
Sayapun berdiam diri.. Memikirkan bagaimana dengan ibu saya nanti dan terbayang perdebatan yg penuh dengan emosi lalu.
Saya menunggu pukul 12:00, yap karena jam itu adalah saat saat teriknya panas matahari.. Dengan keikhlasan hati, saya berjalan sejauh mungkin dari sman 62 menuju rumah saya.. Ya, saya berjalan kaki ditengah panas Dan teriknya matahari..
Rasa haus...
Rasa lapar...
Menghantui tubuh saya, tapi saya tetap tegar Dan tetap melanjutkan perjalanan untuk menebus kesalahan Dan ego saya itu..
Satu persatu air mata saya menetes teringat teman saya yg berjuang mencari Dana Dan ibu saya yg telah saya kecewakan....
Tidak perduli ditengah perjalanan pun saya menangis, saya menyesal..
Sampainya saya dirumah pun saya kelelahan Dan tepar tak sadarkan diri karena dahaga Dan lapar yg saya rasakan..
Pegal kaki rasanya.. Tubuh saya berasap, karena suhu tubu saya yg panas mengenai pakaian yg basah akan keringat saya..
Tapi, setelah semuanya terjadi saya dapat menyimpulkan bahwa saya harus bisa lebih mendewasakan diri, dan bisa lebih bijak dalam mengambil sebuah keputusan..
Saya sangat berterimakasih sekali kepada teman saya yg membatalkan perjanjian kami.. Karenanya lah saya bisa menjadi lebih jernih dalam berfikir, Dan menjadikan ini sebagai sebuah pengalaman..
Karena untuk menjadi dewasa adalah sebuah pilihan...
Dan saya sedang menikmati proses menuju dewasa tersebut....
Pelajaran yang dapat diambil dari apa yang telah penulis sampaikan ialah Tidak selamanya keinginan/Harapan pada diri kita sesuai dengan kenyataannya.
Ingat, Allah selalu bersama kita dan ia telah memiliki rencana yang lebih baik dari apa yang telah kita rencanakan..
Ya, Allah selalu bersama kita dan mengingat kita walaupun kita tidak selalu mengingatnya.. Astaghfirullahaladzim..
Setelah kita ketahui bahwa tak selamanya keinginan kita sesuai dengan kenyataan, marilah menyikapinya dengan lebih dewasa . . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar